Lucu Kan?
Meski nakal, saat di SD aku termasuk anak yang cukup pintar. Nilai-nilai yang kuperoleh bagus, dan bisa masuk 5 besar. Tapi entah kenapa, menginjak usia SMP aku jadi suka berantem, kabur dari sekolah, nilai raporku jelek, pokoknya tidak sesuai harapan orangtua.
Sementara itu hubunganku dengan kakak dan adik terkadang kompak, terkadang tidak. Dengan kakak yang berbeda usia 2 tahun, aku sering berantem, suka cubit-cubitan. Lain dengan si bungsu, jarak usia kami berbeda 13 tahun, jadi saat ia berusia 1 sampai 6 tahun, aku sudah sekolah di Amerika.
Masa kecilku sangat indah. Sama seperti anak-anak lain, aku juga mengalami main dengan anak tetangga, mengejar layangan, naik sepeda, petasan, gundu, kasti. Tapi, saking nakalnya aku sering dimarahi, bahkan pernah dipukul.
Ceritanya, menjelang Ebtanas aku disuruh belajar di dalam kamar. Tapi, aku malah lompat jendela dan main bola. Pintu kamar, aku kunci dari dalam. Ha ha ha.
Orangtuaku sibuk mencari sana-sini. Akhirnya ketahuan aku sedang main bola. Aku langsung diseret dan “dihajar”. Aku paling takut dan menurut sama Papa, bahkan sampai kini. Yang berubah hanya cara marahnya saja yang lebih rasional.
NOVERITA K. WALDAN
(Minggu depan: Untuk meredam kebandelannya, Putra lalu dikirim sekolah ke Amerika. Di sana Putra hidup sendiri bahkan pernah menyambi pekerjaan sebagai satpam. Cita-citanya menjadi wartawan terus berkobar, hingga mengambil kuliah jurnalistik. Kembali ke Jakarta, Putra mantap berkarier jadi wartawan.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar