Pada tahun 1977, pemilu kedua berlangsung selama zaman
orde baru? Pada waktu itu, kondisi politik Indonesia terasa sangat panas.
Baranyanya pun bergulir sampai ke kampus DDI
Ujung Lare Parepare. Berkaitan
dengan peristiwa pemilu ini, Gurutta berada dalam kondisi yang cukup dilematis.
Keadaan memaksa beliau untuk memilih. Atas dasar demi
menyelamatkan organisasi dari
tekanan pemerintah yang cukup refresif, akhirnya AG.H.Abdurrahman Ambo Dalle
menyatakan diri bergabung dengan Golongan Karya (Golkar), partai politik yang
berkuasa saat itu. Itupun setelah melalui perenungan dan kontemplasi yang
matang dan didahului dengan shalat istikharah, untuk memohon petunjuk Illahi
Rabbi agar dapat menentukan dan memilih jalan yang terbaik. Gurutta KH. Ambo
Dalle memilih ikut bersama dengan pemerintah membangun bangsa dan negara
daripada harus berseberangan jalan.
Meskipun pilihan politik itu bersifat pribadi, tidak membawa DDI sebagai
lembaga, tapi tampaknya sikap ini tidak menghembuskan angin segar dalam
internal warga DDI? Diantara tokoh DDI dan murid-muridnya banyak yang tidak
setuju dengan sikap yang diambil Gurutta. Sikap itu dianggap sudah keluar dari
garis perjuangan DDI. Hal itu berdampak pada keterpecahan sikap dari para
santri tempat beliau memimpin. Peristiwa ini memberi dampak serius terhadap
mekanisme pendidikan di Pesantren DDI Ujung Lare dan Ujung Baru Parepare yang
dipimpin langsung oleh Gurutta. Kedua kampus itu nyaris kosong ditinggalkan
oleh santri-santri yang tidak bisa menerima sikap politik Gurutta. Akhirnya
para santriwati yang tadinya tinggal di Ujung Baru ditarik ke Ujung Lare untuk
bergabung dengan santri putra yang masih bertahan.
Peristiwa tersebut membuat Gurutta sangat kecewa sehingga hampir saja
membuatnya hijrah ke Kalimantan Timur? Ketika itu, pemerintah daerah dan
masyarakat di sana menunggunya. Issu ini sempat tercium oleh Bupati Pinrang
(Andi Patonangi). Beliau lalu menawarkan kepada Gurutta sebuah kawasan di
daerahnya untuk dijadikan pesantren. Tahun 1978, akhirnya Gurutta hijrah lagi
ke Pinrang, tepatnya di desa Kaballangan. Itulah awal berdirinya Pesantren
Kaballangan Kabupaten Pinrang yang dipimpin langsung oleh beliau. Sedangkan
pesantren di Parepare diserahkan kepada KH. Abubakar Zaenal.
Namun, satu hal yang perlu dicatat bahwa kedekatan Gurutta dengan Golkar
dan pemerintah orde baru, selain telah menorehkan pengalaman pahit bagi DDI,
harus diakui pula telah mendatangkan kebaikan bagi DDI. Tidak ada lembaga
pendidikan dan organisasi Islam, khususnya di Sulawesi Selatan, yang demikian
diperhatikan oleh pemerintah melebihi perhatian terhadap DDI. Pembangunan
Pondok Pesantren DDI Kaballangan, misalnya, tidak lepas dari perhatian dan
bantuan pemerintah. Pesantren putra yang dipimpin langsung oleh Gurutta itu
tidak pernah sepi dari kunjungan pejabat, sipil dan militer, baik dari provinsi
maupun pusat. Tentu saja, kunjungan itu membawa sumbangan untuk pesantren.
Meskipun begitu, hubungan baiknya dengan pemerintah tidak pernah digunakan
untuk kepentingan pribadi. Juga kedekatan itu tidak mengorbankan kharismanya
sebagai ulama anutan yang disegani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar