Perjuangan Anregurutta… yang penuh imu dan pengabdian yang tak
habis-habisnya..?
Sejak Gurutta diangkat menjadi
asisten Anregurutta H. Muhammad As’ad, beliau mulai meniti karier
mengajar dan secara intens menekuni
dunia pendidikan ini. Pada saat yang sama, Arung Matowa Wajo beserta Arung Lili
sepakat menyarankan kepada Anregurutta H. Muhammad As’ad
agar pengajian sistem sorogan
(duduk bersila) ditingkatkan menjadi madrasah. Saran tersebut diterima dengan
terbuka, maka madrasah pun didirikan atas bantuan dan fasilitas pemerintah
kerajaan. Dibukalah pendidikan awaliyah (setingkat taman kanak-kanak),
ibtidaiyah (SD) dan tsanawiyah (SMP). Perguruan itu diberi nama Madrasah
Arabiyah Islamiyah disingkat MAI Sengkang, yang lambangnya diciptakan oleh
Gurutta dengan persetujuan AG.H. As’ad dan ulama lainnya. Gurutta bahkan
diserahi tugas memimpin lembaga itu.
Popularitas MAI Sengkang dengan sistem pendidikannya yang modern (sistem
madrasi) dengan cepat menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah? Salah
seorang yang tertarik dengan sistem pendidikan MAI Sengkang adalah H.M.Yusuf
Andi Dagong, Kepala Swapraja Soppeng Riaja yang berkedudukan di Mangkoso.
Ketika diangkat sebagai Arung Soppeng Riaja pada tahun 1932, beliau lalu
mendirikan mesjid di Mangkoso sebagai ibukota kerajaan. Namun, mesjid itu
selalu sepi dari aktivitas ibadah akibat rendahnya pengetahuan dan pemahaman
masyarakat terhadap agama yang dianutnya. Untuk mengatasi hal tersebut, atas
saran para tokoh masyarakat dan pemuka agama, diputuskan untuk membuka lembaga
pendidikan (angngajiang : pesantren) dengan mengirim utusan untuk menemui
Anregurutta H.M.As’ad di Sengkang. Utusan itu membawa permohonan kiranya
Anregurutta H.M.As’ad mengizinkan muridnya, yaitu Gurutta H.Abdurrahman Ambo
Dalle untuk memimpin lembaga pendidikan yang akan dibuka di Mangkoso.
Ketika itu, di Sulawesi Selatan sudah ada beberapa tempat yang merupakan
pusat pendidikan Islam dan banyak melahirkan ulama? Tempat-tempat tersebut
adalah Pulau Salemo di Pangkep, Campalagian di Polmas, dan di Sengkang Wajo.
Namun, bila dibandingkan dengan Salemo dan Campalagian yang menerapkan sistem
tradisional berupa pengajian halakah (mangaji tudang), MAI Sengkang memiliki
kelebihan karena telah menerapkan sistem modern (madrasi/klasikal) di samping
tetap mempertahankan pengajian halakah. Dan, itulah agaknya menarik minat
pemerintah Swapraja Soppeng Riaja untuk membuka lembaga pendidikan dengan
sistem yang sama dengan MAI Sengkang.
Awalnya, permohonan itu ditolak karena Anregurutta H?M.As’ad tidak
menghendaki ada cabang madrasahnya. Beliau kuatir keberadaan madrasah yang
terpencar menyulitkan kontrol sehingga dapat mempengaruhi kualitas madrasahnya.
Namun, setelah melalui negosiasi yang alot, akhirnya keputusan untuk menerima
permohonan Arung dan masyarakat Soppeng Riaja itu diserahkan kepada Gurutta
H.Abdurrahman Ambo Dalle.
Hari Rabu, tanggal 29 Syawal 1357 H atau 21 Desember 1938 Anregurutta
H?Abdurrahman Ambo Dalle beserta keluarga dan beberapa santri yang mengikuti
dari Wajo hijrah ke Mangkoso dengan satu tujuan, melanjutkan cita-cita dan
pengabdian. Hari itu juga Gurutta memulai pengajian dengan sistem halakah
karena calon santri memang sudah lama menunggu. Kelak momen ini dianggap
bersejarah karena menjadi cikal bakal kelahiran DDI. Sambutan pemerintah dan
masyarakat setempat sangat besar, terbukti dengan disediakannya segala
fasilitas yang dibutuhkan, seperti rumah untuk Gurutta dan keluarganya serta
santri yang datang dari luar Mangkoso. Setelah berlangsung tiga minggu, Gurutta
kemudian membuka madrasah dengan tingkatan tahdiriyah, ibtidaiyah, iddadiyah,
dan tsanawiyah. Fasilitas pendidikan yang diperlukan serta biaya hidup mereka
beserta guru-gurunya ditanggung oleh Raja sebagai penguasa setempat. Di dalam
mengelola pesantren dan madrasah, Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle dibantu
oleh dua belas santri senior yang beberapa diantaranya ikut bersama beliau dari
Sengkang. Mereka adalah : Gurutta M. Amberi Said, Gurutta H. Harun Rasyid
Sengkang, Gurutta Abd. Rasyid Lapasu, Gurutta Abd. Rasyid Ajakkang, Gurutta
Burhanuddin, Gurutta M. Makki Barru, Gurutta H. Hannan Mandalle, Gurutta
Muhammad Yattang Sengkang, Gurutta M. Qasim Pancana, Gurutta Ismail Kutai,
Gurutta Abd. Kadir Balusu, dan Gurutta Muhammadiyah. Menyusul kemudian Gurutta
M. Akib Siangka, Gurutta Abd.Rahman Mattammeng, dan Gurutta M. Amin Nashir.
Lembaga itu diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Mangkoso, namun bukan
cabang dari MAI Sengkang.
Anregurutta H?Abd. Rahman Ambo Dalle, berbekal pengalaman mengajar yang
ada, diberi amanah untuk memimpin MAI Mangkoso. Berkat dukungan dan simpati
dari pemerintah dan masyarakat Mangkoso, pertumbuhan dan perkembangan madrasah
ini sangat pesat, terbukti dengan banyak permintaan dari luar daerah untuk
membuka cabang. Anregurutta merespon permintaan itu, maka dibukalah cabang MAI
Mangkoso di berbagai daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar